BAB II
Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah
adalah cara para saintis untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui tahapan
tahapan tertentu, antara lain meliputi melakukan pengamatan, penyusun
hipotesis, melakukan percobaan, dan menarik kesimpulan. Saintis
atau para peneliti bekerja dengan mengembangkan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Sikap ilmiah tersebut antara lain rasa ingin tahu dan mengembangkan
keingintahuan, terbuka, jujur terhadap fakta serta bersifat terbuka.
Metode ilmiah biasanya dimulai dengan melakukan pengamatan atau observasi dari sebuah kejadian yang terjadi secara berulang ulang. Pengamatan yang cermat sangat penting bagi para peneliti atau saintis. Seluruh informasi yang didapatkan tersebut dinamakan petunjuk empiris. Petunjuk empiris dapat dikembangkan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan. Apabila ditemukan pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab, seorang peneliti akan mencari sumber pengetahuan yang lain, baik dari literatur perpustakaan ataupun pendapat saintis lain. Pada saat itu, saintis mulai menduga duga jawaban yang memungkinkan atau membuat hipotesis. Untuk mengetahui jawaban duga duganya benar atau salah, seorang peneliti melakukan langkah berikutnya dalam metode ilmiah yang disebut percobaan atau eksperimen. Sebuah eksperimen dalam metode ilmiah valid jika dapat diuji ulang, baik oleh peneliti sendiri ataupun oleh peneliti lainnya. Apabila beberapa kali eksperimen tetap mendukung suatu hipotesis maka hipotesis tersebut akan menjadi sebuah teori yang ilmiah. Kebenaran suatu teori akan terus menjadi tantangan bagi para peneliti untuk melakukan eksperimen lanjutan. Teori yang telah diuji dan hasilnya konsisten serta tidak terbantahkan akan menjadi suatu hukum ilmiah.
Metode ilmiah biasanya dimulai dengan melakukan pengamatan atau observasi dari sebuah kejadian yang terjadi secara berulang ulang. Pengamatan yang cermat sangat penting bagi para peneliti atau saintis. Seluruh informasi yang didapatkan tersebut dinamakan petunjuk empiris. Petunjuk empiris dapat dikembangkan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan. Apabila ditemukan pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab, seorang peneliti akan mencari sumber pengetahuan yang lain, baik dari literatur perpustakaan ataupun pendapat saintis lain. Pada saat itu, saintis mulai menduga duga jawaban yang memungkinkan atau membuat hipotesis. Untuk mengetahui jawaban duga duganya benar atau salah, seorang peneliti melakukan langkah berikutnya dalam metode ilmiah yang disebut percobaan atau eksperimen. Sebuah eksperimen dalam metode ilmiah valid jika dapat diuji ulang, baik oleh peneliti sendiri ataupun oleh peneliti lainnya. Apabila beberapa kali eksperimen tetap mendukung suatu hipotesis maka hipotesis tersebut akan menjadi sebuah teori yang ilmiah. Kebenaran suatu teori akan terus menjadi tantangan bagi para peneliti untuk melakukan eksperimen lanjutan. Teori yang telah diuji dan hasilnya konsisten serta tidak terbantahkan akan menjadi suatu hukum ilmiah.
Metode ilmiah merupakan proses
berpikir untuk memecahkan masalah
Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban
atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat
dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan data atau fakta
khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah
nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama
harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari
pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.
Pada Metode Ilmiah, proses berpikir
dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan
bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan
kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode
ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara
sistematis dan berurutan.
Metode ilmiah didasarkan pada data
empiris
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya
adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu
harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif.
Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting
dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data
empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Pada metode ilmiah, proses berpikir
dilakukan secara terkontrol
Di saat
melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol.
Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan
secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin
membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang
berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan
tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka
terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya.
Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun
langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
- Merumuskan masalah.
- Merumuskan hipotesis.
- Mengumpulkan data.
- Menguji hipotesis.
- Merumuskan kesimpulan.
Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan
adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang
melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya,
menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah
sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan
mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih
memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode
ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan
hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam
metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti
merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis
yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar
dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk
menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan
sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang
peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data
berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran
penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis.
Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang
dikumpulkan.
Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari
suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya
merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah
menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun
menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian
hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf
signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan
semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini
dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan
suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah
kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan
masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam
bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk
menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun
dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh
dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan
dengan rumusan masalah yang diajukannya.
Keterbatasan dan Keunggulan Metode Ilmiah
A.Keterbatasan
Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan ilmu atau pengetahuanyang ilmiah.
Dalam pengujian hipotesis, diperlukan data. Data iniberasal dari pengamatan yang
dilakukan oleh pancaindera. Kitamengetahui bahwa panca indera mempunyai
keterbatasan untukmenangkap sesuatu fakta. Dengan demikian maka data yang
terkumpul juga tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Kesimpulan yang
diambilberdasarkan data tidak benar, tentu saja juga tidak akan benar.
Jadi,peluang terjadinya kekeliruan suatu kesimpulan yang diambilberdasarskan
metode ilmiah tetap ada. Oleh karena itu semuakesimpulan ilmiah, atau kebenaran
ilmu bersifat tentatif, artinya kesimpulan itu dianggap benar selama belum ada
kebenaran ilmu yangdapat menolak kesimpulan itu. Sedangkan kesimpulan ilmiah
yangdapat menolak kesimpulan ilmiah yang terdahulu, menjadi kebenaranilmu yang
baru.Keterbatasan lain yaitu tidak dapat menjangkau untuk membuatkesimpulan
yang bersangkutan dengan baik dan buruk atau sistim nilai,tentang seni dan
keindahan, dan juga tidak dapat menjangkau untukmenguji adanya Tuhan.
B.Keunggulan
Ciri ilmiah yaitu obyektif, metodik, sistimatik dan berlaku umum
olehkarena itu orang akan terbimbing sedemikian hingga padanyaterkembangkan
suatu sikap ilmiah.Sikap ilmiah yaitu :
1). Mencintai kebenaran yang obyektif, dan bersikap adil
2). Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolut
3). Tidak percaya pada takhyul, astrologi maupun untung-untungan.
4). Ingin tahu lebih banyak
5). Tidak berpikir secara prasangka
6). Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa
adanyabukti-bukti yang nyata.
7). Optimis, teliti dan berani menyatakan kesimpulan yang
menurutkeyakinan ilmiahnya adalah benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar